Pages

Sabtu, 07 April 2012

SEPULUH HUKUM “THE FIFTH DISCIPLINE” MENURUT PETER M. SENGE

Oleh : Eko Wahyu Wibowo

Salah satu "komponen teknologi" Peter M. Senge adalah sistem berpikir. Sistem berpikir ini diperlukan untuk membangun organisasi agar benar-benar dapat "belajar" dan "terus-menerus” dapat meningkatkan kapasitas untuk mewujudkan cita-cita tertingginya. Senge mengatakan bahwa bisnis dan usaha manusia lainnya adalah sistem yang saling terikat dan terkait antara satu dengan yang lainnya.

Senge selanjutnya menjelaskan bahwa ada "hukum" yang berlaku untuk "komponen teknologi" yaitu hukum Disiplin Kelima. Hukum-hukun itu adalah sebagai berikut :

1.      Masalah-masalah yang dihadapi sekarang berasal dari pemecahan masalah pada masa lalu (Today’s problem come from yesterday’s solutions)
Sebagai manusia, kita senang ketika kita dapat memecahkan masalah. Kita sering tidak berpikir panjang tentang konsekuensi dari solusi yang kita buat. Anehnya, solusi yang dibuat bisa menyerang kembali dan menciptakan masalah baru.
Sebagai contoh :
·         Sebuah perusahaan memutuskan untuk memberikan penghargaan kepada anggota inti dari beberapa orang dalam tim yang sangat sukses dengan bonus dan promosi. Sisa dari tim merasa tidak adil dan kehilangan motivasi. Akhirnya ketegangan antara anggota meningkat. Proyek-proyek berikutnya tidak lagi berhasil.
·         Mengapa pendidik berjuang untuk mengurangi ukuran kelas hari ini? Salah satu jawabannya adalah karena para ahli efisiensi meyakinkan mereka di awal 1900-an yang ukuran kelas meningkat akan membuat sekolah mereka lebih efisien dan menghemat uang.


Dari uraian contoh di atas setidaknya kita mengetahui bahwa dalam mengambil keputusan perlu kiranya kita tidak hanya mempertimbangkan baik buruknya saja, melainkan juga mempertimbangkan akibat-akibat dari solusi yang diambil. 

2.      Semakin keras kita menekan, semakin keras pula sistem akan menolak kembali (The harder your push, the harder the system pushes back)

Kita semua merasakannya. Semakin kita mencoba untuk memperbaiki keadaan, maka kita akam memerlukan upaya lebih untuk melakukannya.
Sebagai contoh :
·         Semakin keras kita mencoba meyakinkan beberapa guru dalam rangka meningkatkan metode pengajaran mereka, semakin mereka melawan dan semakin sulit kita mendapatkan mereka untuk berubah.
Dari uraian contoh di atas kita dapatkan bahwa perangai normal sebuah sistem adalah melawan setiap usaha perubahan. Yang perlu dilakukan adalah mencari pengungkit yang tepat, agar perubahan dapat berjalan dengan baik.


3.      Perilaku tumbuh lebih baik sebelum tumbuh menjadi lebih jelek (Behavior grows better before it grows worse)

Solusi jangka pendek memberikan kita istirahat sejenak dan perbaikan sementara, tetapi tidak menghilangkan masalah mendasar. Masalah-masalah ini akan membuat situasi lebih buruk dalam jangka panjang.
Sebagai contoh :
    • Ketiga gaji guru ditahan dalam rangka mengatasi kesulitan keuangan pada lembaga, dalam jangka pendek kesulitan keuangan lembaga akan teratasi. Tetapi, dalam jangka panjang akan menimbulkan masalah yang serius, karena motivasi guru jadi menurun.
Cermin dari hukum ini adalah sistem memburuk sebelum membaik. Yang perlu dilakukan adlah tindakan proaktif.


4.      Jalan Keluar yang mudah seringkali menimbulkan masalah dikemudian hari (The easy way out usually leads back in)

Ketika kita tetap berpegang pada apa yang kita tahu sebagai yang terbaik dan menerapkannya sebagai solusi, kita akan menemukan kenyamanan. Mengandalkan solusi yang biasa digunakan saat masalah berlangsung akan menimbulkan pemikiran non sistemik.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, ketika kinerja siswa menurun atau statis, reaksi khusus yang dilakukan adalah mengencangkan sekrup dengan menaikkan ambang batas untuk memenuhi standar pendidikan. Namun, ketika hal ini dilakukan, akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan yaitu tambahan perbaikan prestasi siswa, peningkatan peran guru dan kepala sekolah untuk standar yang lebih ketat.

5.      Pemecahan masalah yang diberikan barangkali dapat lebih buruk dibandingkan masalahnya sendiri (The cure can be worse than the disease)

Solusi yang sudah biasa digunakan kadang-kadang tidak hanya tidak efektif tetapi juga berbahaya.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, menghilangkan program-program pendidikan untuk menyeimbangkan anggaran sekolah di daerah, tidak hanya sebagai dalih kebutuhan akan lebih banyak uang, tetapi juga menurunkan kualitas pendidikan dan dapat memicu rusaknya pendidikan dalam jangka panjang.


6.      Makin cepat berarti makin lambat (faster is slower)

Semua sistem secara alami, baik ekosistem atau organisasi, memiliki tingkat pertumbuhan optimal yang jauh lebih lambat dari yang kita pikirkan.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, usaha cepat yang saat ini dilakukan untuk mereformasi sekolah-sekolah menuju yang lebih baik, berhadapan dengan berjalan lambatnya (alami) bagi guru, kepala sekolah, komite sekolah dan orang tua dalam menyesuaikan dengan perubahan.

7.      Penyebab dan akibat tidak memiliki hubungan yang erat dalam dimensi waktu dan ruang (cause and effect are not closely related in time and space)

Sebagian besar dari kita berasumsi bahwa sebab dan akibat terjadi sangat erat. Hal tersebut membuat sulit untuk menemukan penyebab utama, seperti kendur kepercayaan publik dari pejabat sekolah dan pejabat publik lainnya. Langkah pertama dalam melihat realitas secara sistemik adalah membuang pikiran sederhana mengenai sebab-akibat.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, kecenderungan pejabat sekolah mencoba meyakinkan warga untuk menilai baik sekolah mereka bisa berpengaruh terhadap kepemimpinan jangka panjang karena akan menimbulkan ketidakpercayaan publik, hal ini dikarenakan penduduk dari waktu ke waktu merasa mereka menerima hanya sebagian dari kebenaran.


8.      Perubahan kecil akan dapat memberikan hasil yang besar, tetapi ruang lingkup tingkatan seringkali membuat kenyataan menjadi semakin kabur (Small changes can product big results but the areas of highest leverage are often the least obvious)

Walaupun kecil, tetapi jika dilakukan dengan fokus dapat menghasilkan perbaikan yang solid, dan inipun hanya jika dilakukan di tempat yang tepat. Hal ini disebut leverage.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, ketika pejabat sekolah membuat keputusan untuk memperkenalkan reformasi pendidikan, di awal cukup duduk dengan guru satu-satu dan mencoba mengurangi kekhawatiran mereka akan dampak reformasi ini pada kehidupan mereka.  Mencoba untuk membuka jalan ke arah transisi baru, menuju metode pengajaran yang lebih efektif.

9.      Anda dapat memiliki ‘kue’ dan memakannya-tetapi tidak pada saat yang bersamaan (You can have your cake ant eat it too but not once)

Kadang-kadang dilema rumit, dari sudut pandang sistem, tidak menjadi dilema sama sekali. Setelah kita mengubah dari sebuah "potret" ke mode "proses" berpikir, dilema menjadi tampak berbeda.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, sangat mungkin untuk menggunakan teknologi komputer untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta dilakukannya secara efisien. Namun, tahap awal penerapan teknologi ini dapat memakan waktu dan mahal seperti komputer dibeli, bangunan kabel untuk teknologi dan guru dilatih untuk menggunakannya. Setelah masa awal ini, manfaat pendidikan dan ekonomi secara bertahap mulai dirasakan.

Dari uraian contoh di atas setidaknya kita mengetahui bahwa segala sesuatu butuh proses, tidak serta merta sesuai dengan apa yang diinginkan.


10.  Membagi “sesuatu” menjadi dua bagian tidak berarti menghasilkan bagian kecil dari “sesuatu” (“Dividing an elephant in half does not produce two small elephants”)

Sistem merupakan sesuatu yang hidup, dan karakternya tergantung pada keseluruhan. Untuk memahami masalah yang sulit, kita harus melihat seluruh sistem yang didalamnya banyak masalah.
Sebagai contoh :
·         Misalnya, ketika sekolah kehabisan uang, bendahara sekolah mungkin melihat satu masalah yaitu keuangan, sedangkan komite sekolah dan pengawas sekolah dapat melihat masalah dalam hal yang lain seperti pemotongan biaya pendidikan yang harus dilakukan, dapat menanggulangi masalah tersebut.
Di sisi lain, warga sekolah mungkin merasakan kurangnya dana bantuan pemerintah adalah akar penyebab dari masalah keuangan yang dihadapi sekolah.




Sumber :  The Fifth Discipline, Senge, 1990 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar